Monday, 15 December 2014

Penyakit Berawal Dari Hati Dan Pikiran

Penyakit Berawal Dari Hati Dan Pikiran
Khuang Ce Yen adalah seorang pejabat negara, mungkin karena beliau terlampau berpikir sehingga menyebabkan dirinya jatuh sakit. Segala daya upaya telah dicoba untuk mengobatinya, tapi sayang masih belum ada hasilnya.
Manusia pada umumnya berpendapat bahwa tubuh manusia jatuh sakit disebabkan oleh bakteri atau virus dan bukan disebabkan oleh pikiran.
Namun dalam kitab suci, Sang Buddha mengatakan bahwa segala penyakit berawal dari hati dan pikiran manusia, hanya manusia sendiri yang tidak menyadarinya.
Lalu beliau memohon kepada seorang suci yang bernama “Pao Yang Ce Cen Jen” untuk mengobati penyakitnya.
Kemudian beliau mengatakan bahwa penyakit Khuang Ce Yen berawal dari hati dan pikirannya.
Manusia memiliki tiga hati yaitu :
1. Hati Yang Terdahulu artinya Tak peduli masalah besar atau pun kecil, kalau sudah berlalu biarkan berlalu, jangan dipikirkan lagi. Dengan berarti hati terdahulu akan hilang,
2. Hati Sekarang artinya Jangan terlalu perhitungan terhadap segala hal, hidup dengan seadanya saja. Kalau merasa tidak puas terhadap segala sesuatu, maka selamanya hanya akan merasakan kehampaan. Walaupun banyak menerima fitnahan, namun jangan terpengaruh olehnya. Tugas kita hanya menjaga ketat hati dan jasmani ini, dengan begitu barulah dapat menghilangkan segala kekhawatiran yang terdapat pada hati sekarang dan yang paling merisaukan adalah,
3. Hati Yang Akan Datang artinya Kehidupan manusia tidak ada yang sempurna, untuk apalah kita selalu gelisah dan merisaukannya, terhadap masalah yang belum terjadi semuanya hanyalah kekosongan dan khayalan belaka. Yang terpenting jika masalah datang, hadapilah dengan bijaksana. Jika masalah telah berlalu, biarkanlah berlalu. Hadapi saat ini dengan hati yang tenang, dengan begitu hati yang akan datang pun telah hilang.
Setelah menghela nafas, beliau berkata lagi : Jika tiga hati ini selalu mengganggu dan tiga racun ( sifat Tamak, Dengki dan Dungu ) tidak dihilangkan, maka setiap ada masalah akan dipikir terus menerus tiada hentinya sehingga akan menimbulkan kegelisahan bathin.
Inilah yang dinamakan Penyakit Hati.
Maka dari itu kita harus berusaha untuk mengendalikan dan menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak perlu itu, dengan begitu baru dapat disebut Hidup Dalam Kesadaran.
Penyakit hati hanya bisa disembuhkan dengan obat hati pula, jadi tidaklah takut timbulnya suatu pikiran. Yang ditakutkan adalah terlambat untuk hidup dengan penuh kesadaran.
Begitu satu pikiran muncul, pada saat itu juga adalah awal timbulnya suatu penyakit.
Obatnya adalah jangan membiarkan pikiran terus menerus melayang.

Saturday, 11 October 2014

Hanya ada satu buku yang patut dibaca: hati.

»̶✽̈ Hati dan Pikiran ✽̈«̶⌣
Hanya ada satu buku yang patut dibaca: hati.
Buddha mengajarkan kita bahwa apapun yang membuat pikiran kita menderita di dalam latihan artinya mengenai sasaran. Kekotoran batin adalah penderitaan. Bukan pikiran yang menderita! Kita tidak tahu apa isi pikiran dan kekotoran batin kita. Terhadap apapun yang kita rasa tidak puas, kita tidak akan mau berurusan lagi dengan hal itu. Sebenarnya jalan hidup kita tidaklah sulit, yang sulit adalah menjadi orang yang tidak puas, tidak bisa menerima. Kekotoran batin adalah kesulitan yang sebenarnya.
Dunia berada dalam bagian yang sangat tergesa-gesa. Pikiran berubah dari suka menjadi tidak suka dengan segala tergesa-gesaan yang ada di dunia. Jika kita bisa belajar untuk membuat pikiran tenang, itu akan menjadi bantuan yang sangat hebat bagi dunia.
Bila pikiran Anda senang, maka Anda pun akan senang kemana pun Anda pergi. Ketika kebijaksanaan muncul dalam diri Anda, Anda akan menemukan kebenaran kemana pun Anda melihat. Kebenaran itu ada dimana-mana. Sama halnya bila Anda telah belajar membaca, Anda dapat membaca dimana saja.
Jika Anda merasa alergi ke suatu tempat, Anda akan merasa alergi di semua tempat. Namun bukan tempat di luar Anda yang menyebabkan masalah, melainkan “tempat” di dalam Anda.
Lihatlah pikiran Anda sendiri. Orang yang membawa benda mengira dia mempunyai benda, tetapi orang yang melihatnya hanya melihat beban berat. Buanglah seluruh benda, hilangkan dan temukan keringanan.
Pada hakikatnya, pikiran itu tenang. Di luar ketenangan ini, kegelisahan dan keraguan muncul. Jika seseorang melihat dan mengetahui adanya keraguan, maka pikiran menjadi tenang lagi.
Agama Buddha adalah agama hati. Hanya itu. Seseorang yang melatih hatinya adalah orang yang melatih ajaran Buddha.
Ketika cahaya redup, tidaklah mudah untuk menemukan jarring laba-laba tua di sudut ruangan. Tetapi ketika cahaya terang, Anda dapat melihatnya dengan jelas dan dapat membersihkannya. Ketika pikiran Anda terang, Anda akan dapat melihat kekotoran batin dengan jelas dan juga membersihkannya.
Menguatkan pikiran tidak dapat dilakukan dengan menggerakannya seperti menguatkan tubuh, tetapi dengan membuatnya diam, beristirahat.
Karena orang tidak melihat dirinya sendiri, mereka bisa melakukan segala jenis perbuatan buruk. Mereka tidak melihat pikirannya sendiri. Ketika orang akan melakukan perbuatan buruk, mereka akan memastikan sekeliling dahulu untuk melihat apakah ada orang lain yang melihat : “Apakah ibu saya akan melihat?” Apakah suami saya akan melihat?” Apakah anak-anak akan melihat?” Apakah istri saya akan melihat?” Bila tidak ada yang melihat, maka mereka akan melakukan perbuatan buruknya. Ini namanya mempermalukan diri sendiri. Mereka mengatakan tidak ada yang melihat, jadi mereka segera menyelesaikan perbuatan buruknya sebelum orang lain melihat. Dan bagaimana dengan dirinya sendiri? Bukankah ada “seseorang yang memperhatikan?
Gunakan hatimu untuk mendengarkan ajaran, bukan telingamu.
Ada orang yang melakukan perang terhadap kekotoran batinnya sendiri dan menaklukkannya. Ini namanya perang batin. Mereka yang berperang secara fisik, mengambil bom dan pistol untuk dilempar dan ditembak. Mereka menaklukkan dan ditaklukkan. Menaklukkan orang lain adalah jalan dunia ini. Dalam melaksanakan Dhamma kita tidak perlu berperang dengan orang lain, melainkan menaklukkan pikiran sendiri, dengan sabar menyingkirkan semua suasana hati.
Dari mana hujan datang? Hujan datang dari semua air kotor yang menguap dari bumi, seperti air seni dan air yang Anda buang setelah membersihkan kaki. Bukankan mengagumkan bagaimana langit dapat mengambil air kotor dan mengubahnya menjadi air murni, air bersih? Pikiran Anda dapat melakukan hal yang sama terhadap kekotoran batin bila Anda membiarkannya bertindak.
Sang Buddha berkata untuk hanya menilai diri sendiri dan tidak menilai orang lain, tidak peduli seberapa pun baik atau buruknya orang tersebut. Sang Buddha menunjukkan hal ini dengan berkata, “Kebenaran adalah seperti ini.” Sekarang, apakah pikiranmu seperti itu atau tidak?
~ AJAHN CHAH ~

Tuesday, 2 September 2014

karma

"Guru, bagaimana cara menyikapi agar aku mudah memaafkan orang yang menyakiti hatiku?"
"Anakku…., bayangkan saat tubuhmu dilukai oleh seorang dokter ahli bedah. Bukan saja kau menerima rasa sakit itu, namun kau bahkan ikhlas membayar dan berterima kasih atas tindakan dokter melukaimu. Itu karena kau melihat ada upaya penyembuhan dibalik luka yang dilakukan padamu itu."
"Begitu pun jika kau mampu melihat bahwa setiap kejadian yang melukai hatimu oleh seseorang, ternyata ada skenario penyembuhan luka masa lalu dalam Jiwamu, maka kau akan bisa menerima dan mudah memaafkan."
"Setiap hal buruk yang pernah kau lakukan di kehidupan masa lalu, menjadi penyesalan yang melukai Jiwamu. Lalu kau diijinkan lahir kembali untuk menebus rasa sakit itu dengan menerima rasa sakit saat ini sebagai pahala karma masa lalu."

Sunday, 31 August 2014

Kebajikan

⌣»̶✽̈ Kebajikan ✽̈«̶⌣
Jika sehari satu kebajikan,
setahun 365 kebajikan.
Jika umur hidup kita
diberi kesempatan 50 thn saja
waktu utk berbuat kebajikan,
sudah 18250 kebajikan.
Luar biasa bukan..???

Manusia terkadang menganggap remeh hal kecil,
sementara bila diakumulasikan melebihi yg diperkirakan.
Maka jalanilah hidup dengan penuh Kebajikan.
Dan jalani hidup kita dengan melewati “CINTA, ILMU, dan IMAN.”
Karena dengan “CINTA” hidup menjadi indah,
dengan “ILMU” hidup menjadi mudah,
dan dengan “IMAN” hidup menjadi terarah.

penderitaan

Sudahkah anda mengalami penderitaan?...
sudahkah anda mengalami kebahagiaan?...
mengapa demikian?
Apa yang menyebabkan semua ini?... inilah masalah kita.
Jika kita mengetahui penderitaan, penyebab penderitaan, hilangnya penderitaan dan jalan yang menuju ke akhir penderitaan, kita dapat memecahkan masalah itu.
Ada dua macam penderitaan:
penderitaan biasa dan penderitaan tidak biasa.
Penderitaan biasa adalah penderitaan yang memang menjadi sifat dari semua kondisi,
berdiri adalah penderitaan, duduk adalah penderitaan, berbaring adalah penderitaan.
Ini adalah penderitaan yang memang ada di dalam setiap fenomena yang terkondisi.
Bahkan Sang Buddha-pun mengalami hal-hal semacam itu.
Beliau mengalami rasa nyaman dan rasa sakit, tetapi mengenalinya sebagai kondisi alami.
Beliau tahu bagaimana mengatasi perasaan-perasaan yang timbul dari rasa nyaman dan rasa sakit ini lewat pengertian terhadap sifat alami.
Karena pengertian inilah maka perasaan-perasaan yang timbul tidak mengganggu Beliau.
Jenis penderitaan yang kedua inilah yang penting, yaitu penderitaan yang masuk dari luar, penderitaan yang tidak biasa.
Jika kita sakit mungkin kita akan memerlukan suntikan dokter, saat jarum suntik disuntikan ada sedikit rasa sakit, ini hal yang wajar.
Saat jarum dicabut rasa sakit itupun ikut lenyap.
Ini adalah penderitaan yang biasa, tidak ada masalah, semua mengalami, penderitaan yang tidak biasa adalah penderitaan yang timbul dari apa yang kita sebut upadana, kemelekatan pada sesuatu, ibarat mendapat suntikan yang berisi racun, ini bukan lagi rasa sakit biasa, melainkan rasa sakit yang berakhir dengan kematian.

Ajaran Sang Buddha

Ajaran Sang Buddha menyatakan bahwa alat terbaik untuk mengatasi penderitaan adalah melihat bahwa
"Ini bukanlah aku",
"Ini bukanlah milikku".
Ini adalah metode terhebat.
tetapi biasanya kita tidak memperhatikan hal ini.
Ketika penderitaan muncul, kita hanya menangis saja tanpa belajar darinya.
Kita harus benar-benar memperhatikan penderitaan yang timbul, penyebabnya dan jalan menuju lenyapnya penderitaan, untuk mengembangkan ke-Buddha-an.
Perhatikanlah baik-baik, saya akan memberikan Dhamma di luar kitab, beberapa di antara anda mungkin tidak menyadari bahwa ini adalah ajaran Dhamma.
Kebanyakan orang melihat kitabnya tetapi tidak melihat Dhamma.

Batin yg MeLepas,

Batin yg MeLepas,
Selalu Hidup Bebas.
Ada cara menangkap monyet yg unik. Kelapa muda utuh dilubangi cukup sebesar masuknya tangan monyet yg ramping.
Lalu masukkan beberapa butir kacang kulit kedalamnya.
Jika ada monyet yg masukkan tangannya kedalam kelapa itu lalu menggenggam kacangnya maka tangannya sudah tak bisa keluar karena genggaman tangan itu lebih besar dari lubang kelapa tadi.
Lalu pemasang perangkap itu tinggal menangkap si monyet malang dengan mudah karena cukup berat bagi monyet mengangkat kelapa yg menyangkut ditangannya.
Pertanyaannya kenapa monyet itu tidak melepaskan genggamannya agar bisa terlepas dari jebakan kelapa itu? Karena monyet itu tidak mau kehilangan kacangnya.
Refleksi cerita itu penting bagi kita sebagai manusia untuk direnungkan...
Seberapa sering kita sebagai manusia juga menderita karena hidup kita "terperangkap" tidak mau "melepas" yg membuat kita menderita akibat yang kita buat sendiri?
Jika monyet menggenggam erat "kacang", maka manusia menggenggam "ego".
Banyak hal yg membuat kita sedih, kecewa, iri, dengki, benci, marah, dendam. Tapi kita tetap bertahan tidak mau melepaskan genggaman dari ego.
•Semakin erat genggaman kita,
Semakin kuat penderitaannya.
Menggenggam erat ego kita,
Hanya akan menuai derita.
•Apa yg Datang tak bisa diHindari,
Apa yg Pergi tak bisa diHalangi.
Semua yg "Datang" pasti "Pergi"
Batin yg MeLepas, Selalu Hidup Bebas.

tindakan

Tiap hari bermuram durja karena merasa tidak cukup adalah orang yang kaya secara fisik tapi miskin secara batin.
Dengan tidak melakukan apa-apa, sudah tentu semua terasa sulit. Asal ada niat untuk berbuat, padang pasir juga bisa berubah menjadi lahan subur.
Jika ingin memohon agar memiliki lebih banyak berkah berarti harus melakukan perbuatan baik dalam tindakan nyata, dengan demikian baru bisa memperoleh keberkahan yang lebih banyak.
Batin yang selaras akan mendatangkan keberhasilan dalam segala hal.
Air muka, perilaku dan tutur kata yang sopan, semuanya diperoleh dari hasil pembinaan kesabaran dalam kehidupan sehari-hari.
~ Kata Perenungan Master Cheng Yen ~

Ten Keys to Happiness by Deepak Chopra

Here are my 10 keys to happiness:
1. Listen to your body’s wisdom, which expresses itself through signals of comfort and discomfort. When choosing a certain behavior, ask your body, “How do you feel about this?” If your body sends a signal of physical or emotional distress, watch out. If your body sends a signal of comfort and eagerness, proceed.
2. Live in the present, for it is the only moment you have. Keep your attention on what is here and now; look for the fullness in every moment.Accept what comes to you totally and completely so that you can appreciate it, learn from it, and then let it go. The present is as it should be. It reflects infinite laws of Nature that have brought you this exact thought, this exact physical response. This moment is as it is because the universe is as it is. Don’t struggle against the infinite scheme of things; instead, be at one with it.
3. Take time to be silent, to meditate, to quiet the internal dialogue. In moments of silence, realize that you are recontacting your source of pure awareness. Pay attention to your inner life so that you can be guided by intuition rather than externally imposed interpretations of what is or isn't good for you.
4. Relinquish your need for external approval. You alone are the judge of your worth, and your goal is to discover infinite worth in yourself, no matter what anyone else thinks. There is great freedom in this realization. When you find yourself reacting with anger or opposition to any person or circumstance, realize that you are only struggling with yourself. Putting up resistance is the response of defenses created by old hurts.
5. When you find yourself reacting with anger or opposition to any person or circumstance, realize that you are only struggling with yourself. Putting up resistance is the response of defenses created by old hurts. When you relinquish this anger, you will be healing yourself and cooperating with the flow of the universe.
6. Know that the world “out there” reflects your reality “in here.” The people you react to most strongly, whether with love or hate, are projections of your inner world. What you most hate is what you most deny in yourself. What you most love is what you most wish for in yourself. Use the mirror of relationships to guide your evolution. The goal is total self-knowledge. When you achieve that, what you most want will automatically be there, and what you most dislike will disappear.
7. Shed the burden of judgment – you will feel much lighter. Judgment imposes right and wrong on situations that just are. Everything can be understood and forgiven, but when you judge, you cut off understanding and shut down the process of learning to love. In judging others, you reflect your lack of self-acceptance. Remember that every person you forgive adds to your self-love.
8. Don’t contaminate your body with toxins, either through food, drink, or toxic emotions. Your body is more than a life-support system. It is the vehicle that will carry you on the journey of your evolution. The health of every cell directly contributes to your state of well being, because every cell is a point of awareness within the field of awareness that is you.
9. Replace fear-motivated behavior with love-motivated behavior. Fear is the product of memory, which dwells in the past. Remembering what hurt us before, we direct our energies toward making certain that an old hurt will not repeat itself. But trying to impose the past on the present will never wipe out the threat of being hurt. That happens only when you find the security of your own being, which is love. Motivated by the truth inside you, you can face any threat because your inner strength is invulnerable to fear.
10. Understand that the physical world is just a mirror of a deeper intelligence. Intelligence is the invisible organizer of all matter and energy, and since a portion of this intelligence resides in you, you share in the organizing power of the cosmos. Because you are inseparably linked to everything, you cannot afford to foul the planet’s air and water. But at a deeper level, you cannot afford to live with a toxic mind, because every thought makes an impression on the whole field of intelligence. Living in balance and purity is the highest good for you and the Earth

sumber

Saturday, 30 August 2014

Spiritual

Spiritual Spiritual itu bukan kemampuan berjalan di atas air.
untuk apa belajar berjalan di atas air bila sudah ada perahu?

Spiritual itu lebih merupakan upaya perjalanan seseorang " ke dalam"
menemukan jati dirinya yang sesungguhnya. Kejadian dan pengalaman

kehidupan sehari-hari membimbing seseorang untuk lebih mengenal dirinya
sendiri. Seseorang menjadi sabar dan ikhlas melalui pengalaman-pengalaman
kehidupan yang menyakitkan.Seorang menjadi penuh rasa syukur dan
terimakasih juga setelah mendapat sentuhan-sentuhan Tuhan melalui
kehidupan. Inilah Spiritual
Spiritual itu bukan kemampuan terbang tinggi di langit.
untuk apa belajar terbang tinggi di langit bila sudah ada pesawat terbang?

Spiritual itu kembali ke kesederhanaan manusia dan menjadi polos. Ilmu yg
disebut dalam dan tinggi tidak ada apa-apanya,dibandingkan dengan
kesederhanaan dan kepolosan. Kesederhanaan tercermin dalam kesabaran,
ketenangan dan menerima apa adanya.Dengan kesederhanaan akan
mengembalikan diri kita kepada kualitas aslinya, pribadi yang polos. Polos juga
dapat berarti bersih, jernih dan bening.Seperti mata air yang bersih, jernih
dan bening..tidak saja membawa kesejukan dan keteduhan, juga dapat
melepaskan dahaga orang-orang disekitarnya.Kesederhanaan dalam
kesabaran, ketenangan dan menerima apa adanya akan menghantarkan
seseorang ke dalam keadaan batin yang bersih, jernih dan bening.
Inilah Spiritual

 


Friday, 22 August 2014

kebahagiaan

Adalah kebahagiaan,
mengisi hari tanpa kejahatan dan hal-hal yang tak bermanfaat
(melalui pikiran, ucapan, & perbuatan)
Adalah kebahagiaan,
mengisi hari melakukan kebajikan dan hal-hal yang bermanfaat
(melalui pikiran, ucapan, & perbuatan)

Adalah kebahagiaan,
mengisi hari dengan melatih batin, mensucikan, memurnikan, membebaskan pikiran dari TIGA AKAR KEJAHATAN & SEGALA YANG TAK BERMANFAAT, yakni Keserakahan, Kebencian, & pekatnya Ketidaktahuan [Lobha, Dosa, & MOHA], mengembangkan SILA, SAMADHI, dan PAÑÑA
melalui JALAN MULIA BERUAS 8:
1. PANDANGAN BENAR,
2. Pikiran Benar,
3. Ucapan Benar,
4. Perbuatan Benar,
5. Penghidupan Benar,
6. Daya Upaya Benar,
7. Perhatian/Kewaspadaan Benar [pelaksanaan 4 SATIPATTHANA], dan
8. Konsentrasi Benar.

Sunday, 17 August 2014

HIDUP DARI WAKTU KE WAKTU

HIDUP DARI WAKTU KE WAKTU
Suatu hari seorang anak kecil datang kepada ayahnya dan bertanya :
“ Apakah kita bisa hidup tanpa perbuatan jahat selama hidup kita ?”
Ayahnya memandang kepada anak kecil itu dan berkata :
“ Tidak nak..”
Putri kecil ini kemudian memandang ayahnya dan berkata lagi
“ Apakah kita bisa hidup tanpa berbuat jahat dalam setahun?”
Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kepada putrinya.
“Oh ayah, bagaimana kalau 1 bulan, apakah kita bisa hidup tanpa melakukan kejahatan ?”
“ Mungkin tidak bisa juga nak...”
“ Ok , ayah, ini yang terakhir kali....
Apakah kita bisa hidup tanpa berbuat jahat dalam 1 jam saja ?”
Akhirnya ayahnya mengangguk.
“kemungkinan besar, bisa nak....”
Anak ini tersenyum lega....
“ Jika demikian, aku akan hidup benar dari jam ke jam , ayah...
Lebih mudah menjalaninya dan aku akan menjaganya dari jam ke jam, sehingga aku dapat hidup dengan benar...”
**
Teman-teman se-Dhamma,
Cerita diatas mengandung kebenaran .
Marilah kita hidup dari waktu ke waktu, dari jam ke jam dengan senantiasa waspada terhadap tindakan yang dilakukan oleh tubuh, ucapan dan pikiran .
Dari latihan yang paling kecil dan sederhana sekalipun akan menjadikan kita terbiasa...., Dan apa yang sudah biasa kita lakukan akan menjadi suatu kebiasaan...
Hiduplah 1 jam tanpa kemarahan,
tanpa kehendak jahat
tanpa pikiran jahat
tanpa ucapan jahat
tanpa keserakahan
tanpa kebencian
tanpa ketidak-tahuan
tanpa pembunuhan
tanpa kebohongan
tanpa perzinahan
tanpa pencurian
tanpa mabuk-mabukan
Jika waktu 1 jam telah berakhir, maka ulangilah lagi dari awal dan demikianlah seterusnya kita hidup dari jam ke jam...
“Jadikanlah perbuatan baik sebagai kebiasaan”

Thursday, 14 August 2014

YA BEGINILAH

YA BEGINILAH
By: Ajahn Chah
Di mana Dhamma?
Segenap Dhamma sedang duduk di sini bersama kita.
Apa pun yang anda alami adalah benar, seperti apa adanya.
Ketika anda menjadi tua, jangan pikir bahwa itu adalah sesuatu yang salah.
Ketika punggung anda sakit, jangan pikir itu semacam kekeliruan.
Jika anda menderita, jangan pikir itu salah.
Jika anda bahagia, jangan pikir itu salah.
Semuanya ini adalah Dhamma.
Penderitaan hanyalah penderitaan.
Kebahagiaan hanyalah kebahagiaan.
Panas hanyalah panas.
Dingin hanyalah dingin.
Dhamma bukanlah ”Aku bahagia, aku menderita, aku baik, aku buruk,aku mendapat sesuatu, aku kehilangan sesuatu.”
Apakah ada yang bisa dihilangkan seseorang?
Tidak ada sama sekali.
Mendapatkan sesuatu adalah Dhamma.
Kehilangan sesuatu adalah Dhamma.
Bahagia dan nyaman adalah Dhamma.
Sakit adalah Dhamma.
Dhamma berarti tidak melekat pada kondisi-kondisi ini,
namun mengenali mereka apa adanya.
Jika anda memiliki kebahagiaan, Anda sadari, ”Oh! Kebahagiaan tidaklah tetap.”
Jika Anda menderita, Anda sadari, ”Oh! Duka tidaklah tetap.”
”Oh, ini benar-benar baik!”—tidak tetap.
”Itu benar-benar buruk!”—tidak tetap.
Mereka punya keterbatasan, jadi jangan berpegang begitu erat pada mereka.
Buddha mengajarkan mengenai ketidaktetapan.
Beginilah segala sesuatu sebagaimana adanya.
mereka tidak mengikuti kehendak siapapun. Itulah kebenaran mulia.
Ketidaktetapan menguasai dunia, dan itu adalah sesuatu yang tetap.
Inilah titik tempat kita terkelabui, jadi inilah tempat di mana seharusnya Anda lihat.
Apapun yang terjadi, kenalilah itu sebagai benar.
Segala sesuatu benar dalam sifat alaminya sendiri,
yaitu pergerakan tiada henti dan perubahan.
Tubuh kita demikian.
Semua fenomena badan dan batin pun demikian.
Kita tidak bisa menghentikan mereka; mereka tidak bisa dibuat diam.
Tidak diam berarti sifat mereka adalah tidak tetap.
Jika kita tidak bergulat dengan kenyataan ini,
maka di mana pun kita berada, kita akan bahagia.
Di mana pun kita duduk, kita bahagia.
Di mana pun kita tidur, kita bahagia.
Bahkan ketika kita menjadi tua, kita tidak akan terlalu menggubrisnya.
Anda berdiri dan punggung Anda sakit,
lalu Anda pikir, ”Ya, ini kira-kira benar seperti ini.” Itu benar, jadi jangan melawannya.
Ketika rasa sakit itu berhenti, Anda mungkin berpikir, ”Ah! Lebih baik!”
Tapi itu bukannya lebih baik. Anda masih hidup, jadi punggung Anda akan sakit lagi.
Inilah jalan sebagaimana adanya,
sehingga Anda harus terus mengarahkan batin pada perenungan ini,
dan jangan membiarkan batin berpaling dari praktik.
Tetaplah gigih di dalamnya, dan jangan memercayai segala sesuatu terlalu banyak;
alih-alih percayailah Dhamma, bahwa kehidupan itu ya seperti ini.
Jangan memercayai kebahagiaan.
Jangan memercayai duka.
Jangan terpaku mengejar apa pun.
Dengan landasan seperti ini, maka apa pun yang terjadi, janganlah dipikirkan
itu bukanlah sesuatu yang tetap, itu bukanlah sesuatu yang pasti.
Dunia adalah seperti ini.
Maka di sana ada jalan bagi kita, jalan untuk menata hidup kita dan melindungi kita.
Dengan penyadaran murni dan pemahaman jernih terhadap kita sendiri,
dengan kebijaksanaan yang melingkupi-segalanya,
itulah jalan dalam keselarasan.
Tak ada yang bisa mengelabui kita, karena kita telah memasuki jalan.
Tetaplah melihat ke sini, kita bertemu dengan Dhamma sepanjang masa.

Tuesday, 17 June 2014

KEBIJAKSANAAN

BESI itu kuat, tapi API mampu meleburkannya.
API itu kuat, tapi AIR mampu memadamkannya.
AIR itu kuat, tapi AWAN mampu menyerapnya.
AWAN itu kuat, tapi ANGIN mampu meniupnya.
ANGIN itu kuat, tapi BUKIT mampu menghalanginya.
BUKIT itu kuat, tapi MANUSIA mampu menghancurkannya.
MANUSIA itu kuat, tapi NAFSU mampu menundukkannya.
NAFSU itu kuat, tapi KEBIJAKSANAAN mampu mengalahkannya.

Tapi bila memiliki KEBIJAKSANAAN, tiada apa pun yang mampu mengalahkannya.

Saturday, 14 June 2014

MELEPASKAN 8 HAL DALAM HIDUP

1. Melepas tekanan
Lelah tidaknya Anda tergantung pada persepsi Anda. Apabila Anda tidak membersihkan pikiran, maka pikiran akan penuh debu. Setiap hari Anda akan menemui banyak kegiatan, sebagian bahagia, sebagian lagi tidak.
Semua peristiwa ini akan menetap di pikiran, melebur dan mengacaukan pikiran. Bila Anda menyimpan kenangan yang menyakitkan, Anda akan merasa sangat tertekan. Oleh karenanya, bersihkan pikiran Anda, biarkan hal-hal itu berlalu, singkirkan kenangan pahit, maka Anda akan memiliki banyak ruang untuk kebahagiaan.
Ketidakbahagiaan merupakan akar penderitaan Anda.
2. Melepas kekhawatiran
Kebahagiaan sebenarnya cukup sederhana. Melatih tersenyum, bukan secara mekanis memasang ekspresi pada wajah Anda, tetapi berusaha keras untuk mengubah apa yang Anda rasakan di dalam. Belajar untuk menerima kenyataan dengan tenang; belajar bagaimana mengatakan kepada diri sendiri, “Saya akan mengikuti sifat alam.”
Belajar bagaimana menghadapi krisis dengan jujur, memandang hidup dengan positif, melihat sisi terang dari segala sesuatu. Dengan demikian, secercah cahaya akan masuk ke dalam hati Anda dan menghalau kegelapan.
Kebahagiaan itu sebenarnya sederhana. Hanya membiarkan diri Anda merasa bahagia.
3. Melepas pikiran ruwet
Hilangkan hal itu dari kamus Anda. Tidak semua orang bisa menjadi contoh teladan yang dikagumi semua orang, namun semua orang dapat memiliki pikiran yang besar. Pikiran yang besar dapat meredam rasa sakit dan kesedihan seseorang; dapat mengompensasi kekurangan Anda; memungkinkan Anda untuk melanjutkan perjalanan hidup tanpa rasa takut dan membantu menyadari bahwa pikiran Anda sendiri dapat melampaui gedung pencakar langit dan gunung tertinggi!
Percaya pada diri sendiri, temukan relung sendiri dan Anda juga dapat memiliki kehidupan yang berharga.
4. Melepas rasa malas
Kerja keras dapat mengubah hidup seseorang. Jangan gelap mata, iri pada orang lain. Jika Anda dapat mencoba keras dan gigih, Anda juga bisa memilikinya. Karena ketika Anda berlatih hingga sempurna, itu adalah sebuah ketrampilan.
Hanya untuk mengingatkan: memperbaiki diri sendiri, bahagia, sehat, dan bersikap baik, akan memungkinkan Anda untuk memiliki kehidupan yang indah.
5. Melepas sikap buruk
Jika ingin berhasil, berusahalah untuk menjadi yang terbaik. Ganti sikap negatif Anda dengan positif. Ganti keacuhan dengan martabat, kemunafikan dengan ketulusan; pikiran sempit dengan toleransi, depresi dengan kebahagiaan, kemalasan dengan ketekunan, kerentanan dengan ketangguhan… selama Anda mau, Anda akan menjadi yang terbaik sepanjang hidup Anda.
Tidak ada yang bisa mempengaruhi hasil perjuangan Anda. Anda adalah satu-satunya yang bertanggung jawab. Meskipun tidak semua mimpi dapat menjadi kenyataan, mimpi indah dapat membawa keindahan pada hidup seseorang.
6. Melepas keluhan
Lebih baik bekerja keras daripada mengeluh. Semua kegagalan adalah dasar untuk sukses. Mengeluh dan menyerah adalah halangan yang mencegah datangnya keberhasilan. Menerima kegagalan dengan tenang adalah cara cerdas.
Mengeluh tidak dapat mengubah kenyataan, hanya kerja keras yang bisa membawa kembali harapan. Emas murni selalu ada saatnya bersinar.
Banyak mukjizat dalam kehidupan dibuat oleh orang yang lahir dalam lingkungan yang tidak menyenangkan.
Jangan khawatir pada hidup, dan jangan berpikir bahwa kehidupan memperlakukan Anda secara tidak adil. Pada kenyataannya, Anda diberikan porsi hidup yang sama dengan orang lain.
7. Melepas keraguan
Mengambil tindakan cepat. Setelah Anda memutuskan sesuatu, jangan ragu. Majulah ke tujuan Anda dan jangan menoleh ke belakang. Kesempatan muncul sekejab dan hanya kecepatan dan ketegasan yang dapat menangkapnya.
Mengambil tindakan cepat merupakan salah satu karakteristik orang sukses. Bila Anda tahu bahwa ide Anda baik, bertindaklah secepat Anda bisa, jika Anda melihat peluang yang baik, tangkaplah. Dengan demikian, Anda dijamin akan sukses.
Beberapa orang harus Anda lupakan. Beberapa kejadian baik untuk mengintrospeksi diri Anda. Beberapa hal harus diurus. Beberapa hal tidak bisa menunggu, dan sekali keraguan timbul akan mengakibatkan penyesalan dalam hidup Anda.
Hanya jika Anda dapat membiarkan hal-hal tersebut pergi ketika Anda harus melepasnya, Anda dapat memperoleh kebahagiaan yang benar-benar milik Anda dalam hidup ini.
8. Melepas prasangka
Ketika pikiran Anda luas, langit dan bumi akan menunjukkan ruang.
Toleransi adalah kebaikan. Bila Anda menolerir orang lain, Anda benar-benar membuat ruang bagi jiwa Anda. Hanya dalam dunia yang penuh toleransi, manusia dapat memainkan lagu kehidupan yang harmonis.
Jika tidak menginginkan prasangka, kita harus menciptakan masyarakat yang toleransi. Jika kita ingin menghilangkan prasangka, pertama-tama kita harus menyingkirkan pikiran sempit.
Hanya dengan menyingkirkan prasangka jauh-jauh, seseorang dapat memiliki keharmonisan dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat.
Bukan hanya kita yang menginginkan kebahagiaan, tetapi juga teman dan saudara kita, dan bahkan orang asing. Kita ingin mereka semua merasakan kebahagiaan kita. Sukacita berbagi kegembiraan melampaui sukacita dalam memiliki.

Thursday, 29 May 2014

Memahami batin

Dalam praktik meditasi , kita berlatih untuk mengembangkan penyadaran murni sehingga kita akan senantiasa sadar .
Berlatih dengan energi dan kesabaran , batin bisa menjadi teguh .
Kemudian , fenomena indra apa pun yang kita alami , baik menyenangkan ataupun tak menyenangkan dan apa fenomena batin pun seperti reaksi kegembiraan dan kekecewaan , kita akan bisa melihatnya dengan jernih .
Fenomena adalah satu hal , dan batin adalah hal lainnya .
Mereka adalah hal yang terpisah . Ketika sesuatu berkontak dengan batin dan kita menjadi senang karenanya , kita ingin mengejarnya .
Ketika sesuatu tidak menyenangkan , kita ingin lari darinya .
Ini bukanlah melihat batin , melainkan mengejar -ngejar fenomena .
Fenomena adalah fenomena , batin adalah batin .
Kita harus memisahkan mereka dan mengenali apa batin itu dan apa fenomena itu .
Barulah kita bisa tenteram . Ketika seseorang berbicara kasar kepada kita dan kita marah , itu berarti kita terkelabuhi oleh fenomena dan mengejar mereka ,
batin tertangkap oleh obyek nya dan mengikuti suasana hatinya .
Tolong pahami bahwa semua hal yang kita pahami diluar dan didalam batin ini hanyalah tipuan .
Mereka tidaklah pasti atau nyata , dan ketika kita mengejar mereka , kita kehilangan jalan kita .
Buddha ingin kita bermeditasi dan melihat kesejatian mereka , kesejatian dunia .
Dunia adalah fenomena enam indra ,
fenomena adalah dunia . Jika kita tidak memahami Dhamma , jika kita tidak mengetahui batin , dan tidak mengetahui fenomena , maka batin dan obyek - obyeknya menjadi tercampur aduk .
Kemudian kita mengalami derita dan merasa batin kita menderita .
Kita merasa batin kita berkelana , tak terkendali mengalami berbagai kondisi tidak bahagia , berubah menjadi berbagai keadaan .
Sebenarnya bukan itulah yang terjadi :
tidak ada banyak batin , melainkan banyak fenomena .
Namun jika kita tidak sadar akan kita sendiri , kita tidak tahu batin kita , sehingga kita mengikuti hal - hal ini .
Orang bilang ,
" Batinku sedih " ,
" Batinku tidak bahagia ",
" Batinku kacau balau ".
Tapi sebenarnya tidak demikian .
Batin bukanlah apa - apa ,
namun kotoran batinlah yang begitu .
Orang - orang pikir batin mereka tidak nyaman atau tidak bahagia , namun sesungguhnya batin adalah hal yang paling nyaman dan bahagia .
Ketika kita mengalami berbagai keadaan yang tidak memuaskan , itu bukanlah batin .
Catat ini :
ketika nanti anda sedang mengalami hal - hal ini , ingat ,
" Ajahn Chah bilang , ' Ini bukanlah batin ' "
Kita berlatih untuk menjangkau batin ..batin yang " tua " .
Batin orisinil ini tak terkondisi .
Didalamnya tiada baik atau buruk , panjang atau pendek , hitam atau putih .
namun kita tidak puas menetap dengan batin ini , karena kita tidak melihat dan memahami segala sesuatu dengan jernih .
Dhamma berada diluar kebiasaan batin yang biasa .
Sebelum kita berlatih dengan baik , kita mungkin mengelirukan yang salah sebagai benar dan yang benar sebagai salah .
Jadi adalah penting untuk mendengarkan ajaran untuk mendapatkan pemahaman Dhamma dan mampu mengenali Dhamma dalam batin kita sendiri .
Kebodohan ada dalam batin .
Kecerdasan ada dalam batin .
Kegelapan dan khayalan berada dalam batin .
Pengtahuan dan pencerahan berada dalam batin .
Ini seperti piring kotor , dirumah anda yang dinodai dengan lemak dan kotoran .
Dengan sabun dan air untuk mencucinya , anda bisa menyingkirkan kotorannya .
Ketika kotoran lenyap ,Anda mendapatkan piring atau lantai yang bersih .
Disini , yang ternoda adalah batin .
Ketika kita berlatih dengan benar , hal yang bersih ditemukan , seperti halnya lantai kotor yang dibuat bersih .
Ketika kotoran disikat habis , maka kondisi pun muncul .
Hanya kotoranlah yang menututupinya .
Batin dalam keadaan alaminya , batin sejati , adalah sesuatu yang stabil dan tak ternoda .
Batin terang dan bersih .
Batin mrnjadi terselimuti dan terkotori karena batin bertemu dengan obyek - obyek indra dan menjadi terpengaruh oleh obyek - obyek tersebut lewat suka dan tidak suka .
Ini bukan berarti batin secara alaminya ternoda , namun batin hanya belum mantap dalam Dhamma , sehingga fenomena bisa mencemarinya .
Sifat batin orisinil tidaklah tergoyahkan .
Batin orisinil itu , hening .
Kita tidak hening karena kita bergejolak oleh obyek - obyek indra , dan kita berarhir sebagai budak keadaan batin yang ber ubah - ubah .
Jadi praktek sesungguhnya berarti mencari jalan pulang kebatin orisinil kita , batin yang " Tua " .
Praktik menemukan rumah lama kita , batin orisinil yang tak goyah dan tak berubah mengikuti berbagai fenomena .
Batin orisinil bersifat damai sempurna ,
itu adalah sesuatu yang sudah di dalam kita .
~ Ajahn Chah ~

Tuesday, 27 May 2014

INNER BEAUTY

INNER BEAUTY

Suatu sore seorang anak gadis berkata kepada ibunya: "Ibu, ibu selalu terlihat cantik. Aku ingin sepertimu. Beritahulah aku caranya."
Dengan tatapan lembut dan senyum kasih, sang ibu menjawab, "Untuk bibir yang menarik, ucapkanlah perkataan yang santun, lembut dan baik.
Untuk lesung di pipi, tebarkanlah senyum kasih yang tulus kepada siapa pun.
Untuk mata yang indah menawan, lihatlah selalu kebaikan orang lain.
Untuk tubuh yang langsing, sisihkanlah makanan untuk sesamamu yang membutuhkan.
Untuk jemari tangan yang lentik menawan, hitunglah kebajikan yang telah diperbuat orang lain kepadamu.
Untuk wajah putih bercahaya, bersihkanlah kekotoran batin-mu.
Anakku, janganlah mendambakan atau membanggakan akan kecantikan fisik, karena itu akan pudar oleh waktu. Kecantikan hati dan perilaku tidak akan pudar, walaupun oleh kematian. Janganlah berdandan berlebihan, karena itu hanya dilakukan oleh mereka yang tidak percaya diri.
Anakku….
Jika kamu BENAR, maka kamu tidak perlu marah.
Jika kamu SALAH, maka kamu tidak berhak marah.
Kesabaran dengan keluarga adalah KASIH.
Kesabaran dengan orang lain adalah HORMAT.
Kesabaran dengan diri sendiri adalah KEYAKINAN.
Kesabaran & ketulusan dengan Tuhan adalah IMAN.
Jangan terlalu mengingat kesusahan masa lalu, karena itu akan membawa AIR MATA.
Jangan terlalu memikirkan kesusahan masa depan, karena itu akan mendatangkan KETAKUTAN.
Jalani hidup saat ini dengan senyum kasih, karena hal itu akan membawa KECERIAAN dan KEBAHAGIAAN.
Setiap lika-liku menjalani hidup ini bisa membuat kamu merasa pedih atau menjadi lebih baik. Setiap masalah yang timbul bisa menguatkan atau menghancurkan dirimu. Pilihan ada di tanganmu, apakah kamu akan memilih menjadi korban (the loser) atau pemenang (the winner).
Carilah hati yang indah, bukan wajah yang cantik. Yang cantik tidak selalu baik, tapi yang baik akan selalu indah.

Buddha Picture

Thursday, 8 May 2014

MENERIMA KRITIK

Rasa manis adalah penyakit, rasa pahit adalah obat.” Pujian mirip dengan rasa manis, bila berlebihan dapat menyebabkan penyakit; sedang kritik mirip dengan pil pahit ataupun suntikan yang terasa sakit namun dapat menyembuhkan penderitanya. Kita harus memiliki keberanian untuk menerima kritik dengan baik, bukannya malah takut padanya.

“Keburukan yang kita temukan pada orang lain adalah pantulan dari perangai diri pribadi kita sendiri.”

Kehidupan pribadi seseorang manusia maupun keadaan sekitarnya dan dunia merupakan pantulan dari pikiran-pikirandan kepercayaan manusia sendiri. Semua manusia adalah cermin bagi diri mereka sendiri. Semua manusia memandang dunia berserta orang-orang dan benda-benda seperti melihat pada cermin yang memantulkan kembali bayangan diri mereka sendiri.

Selanjutnya> Uruslah Urusanmu Sendiri

Sunday, 27 April 2014

mengendalikan pikiran dengan benar

Sang Buddha menjelaskan 5 cara untuk mengendalikan pikiran dengan benar, yaitu:

1. Apabila timbul pikiran jahat (keserakahan, kebencian, atau/dan kebodohan batin) pada saat memperhatikan suatu objek tersebut dengan yang lain, yang disertai dengan kebajikan, ini dapat mengusir pikiran jahatnya, dan membuat batinnya menjadi terpusatkan/terkendali, ibarat tukang kayu yang mengganti pasak kasar dengan pasak halus.
2. Apabila pikiran jahatnya tetap muncul walau telah mengganti objeknya dengan yang disertai kebajikan, ia hendaknya merenungkan bahaya dari pikiran jahat itu. Ini dapat mengusir ..., ibarat pemuda-pemudi yang suka berdandan merasa risih dan jijik terhadap bangkai ular atau binatang lain yang bergantung di lehernya.
3. Apabila pikiran jahatnya tetap muncul meskipun telah merenungkan bahaya dari pikiran jahat, ia hendaknya tidak mengacuhkan pikiran jahat tersebut. Ini dapat mengusir ..., ibarat orang yang memiliki penglihatan yang dapat menutup matanya atau mengalihkan ke arah lain apabila tidak ingin melihat suatu bentuk.
4. Apabila pikiran jahatnya tetap muncul kendati tidak mengacuhkannya,
ia hendaknya memperhatikan dasar dan sebab pikiran (untuk mengetahui sebab kemunculannya). Ini dapat mengusir ... , ibarat orang yang berjalan cepat, berjalan lambat, berhenti, berdiri, duduk, berbaring, yang menghindari sikap badan yang sulit dan memilih sikap badan yang paling leluasa.
5. Apabila pikiran jahatnya tetap muncul walau telah memperhatikan dasar dan sebab pikiran muncul, ia hendaknya dengan merapatkan gigi dan menekan lidah ke langir-langit mulut, menaklukkan, mengendalikan dan menguasai batinnya. Ini dapat mengusir ..., ibarat orang kuat yang menangkap dan mencekik orang lemah, menaklukkan, mengendalikan dan menguasainya.
Dengan melaksanakan petunjuk tersebut, seseorang dapat disebut ahli dalam bidang yang berkaitan dengan pengendalian pikiran. Ia dapat berpikir sesuai dengan yang diinginkannya dan dapat pula tidak berpikir terhadap sesuatu yang tidak ingin dipikirkannya.

buddha picture

Tuesday, 8 April 2014

Meditasi






CARA BERLATIH MEDITASI

1. Tinggalkan keragu-raguan terhadap metode-metode meditasi yang dianjurkan oleh beberapa pakar, guru maupun bacaan/petunjuk buku meditasi.

2. Jangan berpikir terlalu banyak, jika ingin berpikir, lakukanlah dengan kesadaran, tinggalkan semua pikiran-pikiran yang ada dirumah, kantor ataupun pikiran rutinitas sehari-hari .

3. Tenangkan pikiran dengan kesadaran dan tidak perlu lagi menanggapi bentuk-bentuk pikiran, maka secara otomatis kesadaran akan timbul, inilah yang kemudian akan menjadi kebijaksanaan (panna).

4. Jangan berpikir terlalu jauh, cukup dengan tekad bahwa saat ini adalah saatnya melatih pikiran dan tugas kita satu-satunya saat ini adalah melatih kesadaran pada pernafasan , ingat bahwa saat ini satu-satunya tugasmu hanyalah mengamati masuk keluarnya nafas. Jangan memaksakan nafas menjadi lebih panjang atau lebih pendek dari biasanya, biarkanlah saja, jangan menekan nafas, biarkanlah ia mengalir dengan teratur, berlatihlah tarikan dan hembusan nafas.

5. Sewaktu melakukan ini, kalian harus mengerti bahwa kalian melepas, tetapi harus tetap ada kesadaran, kalian harus terus menjaga kesadaran ini, biarkan nafas masuk dan keluar dengan leluasa dan wajar. Pertahankan keteguhan hati bahwa saat ini kalian tidak punya kewajiban dan tanggung jawab yang lain, selain memusatkan perhatian pada obyek meditasi. Pikiran tentang apa yang akan terjadi atau gambaran-gambaran apa yang akan timbul selama meditasi akan terus bermunculan, tetapi biarkan mereka menghilang sendiri, jangan terpengaruh.

6. Selama meditasi kalian tidak perlu memperhatikan kesan indera. Kapan saja pikiran dipengaruhi oleh perasaan, lepaskanlah. Apakah sensasi-sensasi itu baik atau buruk tidak penting, tidak perlu membuat asumsi apapun dari sensasi-sensasi itu, biarkanlah berlalu dan kembalikan perhatianmu pada pernafasan, jagalah kesadaran pada pernafasan yang masuk dan keluar. Jangan menciptakan penderitaan dengan membuat nafas lebih panjang atau pendek, amati saja tanpa mencoba mengatur atau menekannya dengan cara apapun, dengan kata lain: jangan melekat. Biarkanlah pernafasan berjalan apa adanya dan pikiranpun akan menjadi tenang, kemudian pikiranpun akan meletakkan segalanya dan beristirahat. Nafas menjadi lebih ringan dan terenergi, yang tertinggal hanyalah 'mengetahui secara terpusat'. Kalian dapat mengatakan bahwa pikiran telah berubah dan mencapai suatu keadaan tenang.

7. Jika pikiran terganggu, tingkatkan kesadaran dan tarik nafas dalam-dalam sampai tidak ada rongga yang tersisa, kemudian hembuskanlah sampai tidak ada yang tersisa. Ikutilah ini dengan tarikan nafas yang dalam lagi, kemudian hembuskan. Lakukan ini dua sampai tiga kali, kemudian susun kembali konsentrasi. Pikiran akan kembali tenang. Jika ada gangguan lagi, ulangi proses itu kembali. Sama halnya dengan meditasi jalan, jika sewaktu berjalan muncul bentuk pikiran yang lain dan mengganggu maka tenangkan pikiran, pusatkan konsentrasi dan kemudian teruskan berjalan. Meditasi duduk dan berjalan pada intinya adalah sama, perbedaannya hanya dalam postur fisik saja.


8. Kadang kala ada keraguan, jadi kalian harus mempunyai sati (perhatian), mempunyai penyadaran jeli terus-menerus mengikuti dan mengawasi pikiran yang resah dalam bentuk apapun. Begitulah untuk mempunyai sati, sati mengawasi dan menjaga pikiran. Kalian harus tetap menjaga pengetahuan ini dan tidak sembrono atau serampangan, bagaimanapun kondisi pikiranmu.

9. Tekniknya biarkan sati mengatur dan menguasai pikiran, sekali pikiran telah terpadu dengan sati, semacam kesadaran baru akan muncul. Pikiran yang telah mengembangkan ketenangan senantiasa diawasi oleh ketenangan itu, sama seperti seekor ayam yang terkurung di kandangnya... ayam itu tidak dapat berkeliaran di luar, tetapi masih dapat mondar-mandir dalam kandangnya. Mondar-mandir itu tidak akan menimbulkan masalah karena dibatasi oleh kandang. Demikian juga kesadaran yang timbul saat pikiran mempunyai sati dan tenang tidak akan menimbulkan masalah. Pemikiran atau sensasi yang terjadi pada pikiran yang tenang tidak dapat menyebabkan ganggauan atau kerusakan.

10. Beberapa orang tidak ingin mengalami pikiran atau perasaan sama sekali. Ini keterlaluan, perasaan tetap timbul sekalipun pada waktu pikiran tenang. Pikiran mengalami sekaligus perasaan maupun ketenangan, tanpa terganggu, pada saat ada ketenangan semacam ini tidak akan ada akibat yang merugikan. Masalah timbul saat "ayam" lepas dari "kandangnya". Sebagai contoh, kalian mungkin sedang mengamati nafas kalian ketika tiba-tiba pikiran kalian melayang kembali ke rumah atau mengembara ke tempat lain, yang mungkin setelah setengah jam atau lebih baru kalian sadari bahwa sebenarnya kalian harus berlatih meditasi. Kemudian kalian menyesali diri karena kurangnya sati dalam dirimu, di sinilah kalian harus hati-hati, karena di sinilah ayam meninggalkan kandangnya-pikiran meninggalkan basis ketenangan.

11. Kalian harus terus menjaga kesadaran dengan sati dan menarik pikiran kalian kembali. Meskipun saya menggunakan kata-kata "menarik kembali", sebenarnya pikiran itu tidak pergi kemana-mana. Hanya obyek kesadarannya yang telah berubah. Kalian harus membuat pikiran tinggal di sini saat ini. Sepanjang ada sati maka pikiran akan hadir, tampaknya kalian menarik balik pikiran tetapi sebenarnya pikiran itu tidak pergi hanya sedikit berubah. Tampaknya pikiran pergi dari satu tempat ke tempat yang lain, tetapi sebenarnya perubahan itu terjadi tepat pada satu titik. Ketika sati ditegakkan kembali, dengan sekejap kalian akan kembali pada pikiran tanpa harus menariknya dari manapun.

12. Bila ada pengetahuan total, berarti ada suatu kesadaran yang terus-menerus serta tidak terpatahkan, inilah yang disebut kehadiran pikiran. Jika perhatian kalian beralih dari nafas ke tempat yang lain, pengetahuan itu terpatahkan. Kapanpun ada kesadaran pada pernafasan, pikiran ada di situ, hanya dengan nafas dan kesadaran yang terus-menerus ini kalian mempunyai kehadiran pikiran.

13. Harus ada sati dan sampajañña, sati adalah perhatian dan sampajañña adalah kesadaran diri. Saat ini kalian dengan jelas sadar akan pernafasan. Latihan mengamati nafas ini membantu sati dan sampajañña berkembang bersama. Mereka saling bagi tugas. Mempunyai sati dan sampajañña itu sama halnya seperti mempunyai dua orang pekerja untuk mengangkat kayu yang berat. Misalkan ada dua orang yang mencoba mengangkat kayu yang sangat berat, tetapi begitu beratnya sampai-sampai mereka merasa tidak kuat lagi. Kemudian ada orang lain yang dikaruniai niat baik, melihat mereka dan cepat-cepat menolong. Demikian pula, bila ada sati dan sampajañña, maka pañña (kebijaksanaan) akan muncul di tempat yang sama untuk membantu, kemudian ketiganya saling mendukung.

14. Dengan pañña akan didapatkan pengertian mengenai obyek sensasi. Misalnya, selama meditasi obyek sensasi muncul dan menyebabkan timbulnya perasaan dan suasana hati. Kalian mungkin mulai memikirkan seorang teman, tetapi kemudian pañña harus segera muncul dan mengatakan, "tidak jadi masalah", "lupakan" atau "berhenti". Atau jika timbul pikiran ke mana kalian akan pergi besok, maka reaksi yang terjadi seharusnya "Saya tidak tertarik, saya tidak ingin membebani diri dengan hal-hal semacam itu". Mungkin kalian akan mulai memikirkan tentang seseorang maka kalian harus mengatakan, "Tidak, saya tidak mau terlibat", Lepaskan saja" atau "Semua ini tidak pasti dan tidak akan pernah pasti". Beginilah kalian harus menghadapi hal-hal yang timbul selama meditasi, mengenali mereka sebagai "tidak pasti, tidak pasti", dan tetap menjaga kesadaran.

15. Kalian harus melepaskan segala bentuk pemikiran, percakapan batin dan keragu-raguan. Jangan terperosok dalam hal-hal semacam ini selama meditasi. Pada akhirnya yang tinggal dalam pikiran adalah bentuk termurni dari sati, sampajañña dan pañña. Kapan saja ketiga hal ini melemah, keraguan akan muncul. tetapi cobalah untuk segera meninggalkan segala macam keraguan itu, sisakan saja sati, sampajañña dan pañña. Cobalah untuk mengembangkan sati sampai ia bisa tetap ada setiap waktu. Dengan begitu kalian akan memahami sepenuhnya sati, sampajañña dan samadhi.

16. Memusatkan perhatian pada tahap ini, kalian akan melihat sati, sampajañña, samadhi dan pañña Bersama. Setiap kali kalian terpesona atau tertarik oleh obyek sensasi luar, kalian akan mampu mengatakan "ini tidak pasti". Bagaimanapun juga mereka hanyalah halangan-halangan yang harus disingkirkan sampai pikiran menjadi bersih. Yang harus tertinggal hanyalah sati-perhatian, sampajañña-kesadaran yang jernih, samadhi-pikiran yang teguh dan tidak ragu-ragu, dan pañña-kebijaksanaan. Untuk sementara waktu saya hanya akan mengatakan ini saja tentang subyek meditasi.

(Cuplikan pilihan dari buku “Meditasi” oleh : YM. Ajahn Chah)