Monday 15 December 2014

Penyakit Berawal Dari Hati Dan Pikiran

Penyakit Berawal Dari Hati Dan Pikiran
Khuang Ce Yen adalah seorang pejabat negara, mungkin karena beliau terlampau berpikir sehingga menyebabkan dirinya jatuh sakit. Segala daya upaya telah dicoba untuk mengobatinya, tapi sayang masih belum ada hasilnya.
Manusia pada umumnya berpendapat bahwa tubuh manusia jatuh sakit disebabkan oleh bakteri atau virus dan bukan disebabkan oleh pikiran.
Namun dalam kitab suci, Sang Buddha mengatakan bahwa segala penyakit berawal dari hati dan pikiran manusia, hanya manusia sendiri yang tidak menyadarinya.
Lalu beliau memohon kepada seorang suci yang bernama “Pao Yang Ce Cen Jen” untuk mengobati penyakitnya.
Kemudian beliau mengatakan bahwa penyakit Khuang Ce Yen berawal dari hati dan pikirannya.
Manusia memiliki tiga hati yaitu :
1. Hati Yang Terdahulu artinya Tak peduli masalah besar atau pun kecil, kalau sudah berlalu biarkan berlalu, jangan dipikirkan lagi. Dengan berarti hati terdahulu akan hilang,
2. Hati Sekarang artinya Jangan terlalu perhitungan terhadap segala hal, hidup dengan seadanya saja. Kalau merasa tidak puas terhadap segala sesuatu, maka selamanya hanya akan merasakan kehampaan. Walaupun banyak menerima fitnahan, namun jangan terpengaruh olehnya. Tugas kita hanya menjaga ketat hati dan jasmani ini, dengan begitu barulah dapat menghilangkan segala kekhawatiran yang terdapat pada hati sekarang dan yang paling merisaukan adalah,
3. Hati Yang Akan Datang artinya Kehidupan manusia tidak ada yang sempurna, untuk apalah kita selalu gelisah dan merisaukannya, terhadap masalah yang belum terjadi semuanya hanyalah kekosongan dan khayalan belaka. Yang terpenting jika masalah datang, hadapilah dengan bijaksana. Jika masalah telah berlalu, biarkanlah berlalu. Hadapi saat ini dengan hati yang tenang, dengan begitu hati yang akan datang pun telah hilang.
Setelah menghela nafas, beliau berkata lagi : Jika tiga hati ini selalu mengganggu dan tiga racun ( sifat Tamak, Dengki dan Dungu ) tidak dihilangkan, maka setiap ada masalah akan dipikir terus menerus tiada hentinya sehingga akan menimbulkan kegelisahan bathin.
Inilah yang dinamakan Penyakit Hati.
Maka dari itu kita harus berusaha untuk mengendalikan dan menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak perlu itu, dengan begitu baru dapat disebut Hidup Dalam Kesadaran.
Penyakit hati hanya bisa disembuhkan dengan obat hati pula, jadi tidaklah takut timbulnya suatu pikiran. Yang ditakutkan adalah terlambat untuk hidup dengan penuh kesadaran.
Begitu satu pikiran muncul, pada saat itu juga adalah awal timbulnya suatu penyakit.
Obatnya adalah jangan membiarkan pikiran terus menerus melayang.

Saturday 11 October 2014

Hanya ada satu buku yang patut dibaca: hati.

»̶✽̈ Hati dan Pikiran ✽̈«̶⌣
Hanya ada satu buku yang patut dibaca: hati.
Buddha mengajarkan kita bahwa apapun yang membuat pikiran kita menderita di dalam latihan artinya mengenai sasaran. Kekotoran batin adalah penderitaan. Bukan pikiran yang menderita! Kita tidak tahu apa isi pikiran dan kekotoran batin kita. Terhadap apapun yang kita rasa tidak puas, kita tidak akan mau berurusan lagi dengan hal itu. Sebenarnya jalan hidup kita tidaklah sulit, yang sulit adalah menjadi orang yang tidak puas, tidak bisa menerima. Kekotoran batin adalah kesulitan yang sebenarnya.
Dunia berada dalam bagian yang sangat tergesa-gesa. Pikiran berubah dari suka menjadi tidak suka dengan segala tergesa-gesaan yang ada di dunia. Jika kita bisa belajar untuk membuat pikiran tenang, itu akan menjadi bantuan yang sangat hebat bagi dunia.
Bila pikiran Anda senang, maka Anda pun akan senang kemana pun Anda pergi. Ketika kebijaksanaan muncul dalam diri Anda, Anda akan menemukan kebenaran kemana pun Anda melihat. Kebenaran itu ada dimana-mana. Sama halnya bila Anda telah belajar membaca, Anda dapat membaca dimana saja.
Jika Anda merasa alergi ke suatu tempat, Anda akan merasa alergi di semua tempat. Namun bukan tempat di luar Anda yang menyebabkan masalah, melainkan “tempat” di dalam Anda.
Lihatlah pikiran Anda sendiri. Orang yang membawa benda mengira dia mempunyai benda, tetapi orang yang melihatnya hanya melihat beban berat. Buanglah seluruh benda, hilangkan dan temukan keringanan.
Pada hakikatnya, pikiran itu tenang. Di luar ketenangan ini, kegelisahan dan keraguan muncul. Jika seseorang melihat dan mengetahui adanya keraguan, maka pikiran menjadi tenang lagi.
Agama Buddha adalah agama hati. Hanya itu. Seseorang yang melatih hatinya adalah orang yang melatih ajaran Buddha.
Ketika cahaya redup, tidaklah mudah untuk menemukan jarring laba-laba tua di sudut ruangan. Tetapi ketika cahaya terang, Anda dapat melihatnya dengan jelas dan dapat membersihkannya. Ketika pikiran Anda terang, Anda akan dapat melihat kekotoran batin dengan jelas dan juga membersihkannya.
Menguatkan pikiran tidak dapat dilakukan dengan menggerakannya seperti menguatkan tubuh, tetapi dengan membuatnya diam, beristirahat.
Karena orang tidak melihat dirinya sendiri, mereka bisa melakukan segala jenis perbuatan buruk. Mereka tidak melihat pikirannya sendiri. Ketika orang akan melakukan perbuatan buruk, mereka akan memastikan sekeliling dahulu untuk melihat apakah ada orang lain yang melihat : “Apakah ibu saya akan melihat?” Apakah suami saya akan melihat?” Apakah anak-anak akan melihat?” Apakah istri saya akan melihat?” Bila tidak ada yang melihat, maka mereka akan melakukan perbuatan buruknya. Ini namanya mempermalukan diri sendiri. Mereka mengatakan tidak ada yang melihat, jadi mereka segera menyelesaikan perbuatan buruknya sebelum orang lain melihat. Dan bagaimana dengan dirinya sendiri? Bukankah ada “seseorang yang memperhatikan?
Gunakan hatimu untuk mendengarkan ajaran, bukan telingamu.
Ada orang yang melakukan perang terhadap kekotoran batinnya sendiri dan menaklukkannya. Ini namanya perang batin. Mereka yang berperang secara fisik, mengambil bom dan pistol untuk dilempar dan ditembak. Mereka menaklukkan dan ditaklukkan. Menaklukkan orang lain adalah jalan dunia ini. Dalam melaksanakan Dhamma kita tidak perlu berperang dengan orang lain, melainkan menaklukkan pikiran sendiri, dengan sabar menyingkirkan semua suasana hati.
Dari mana hujan datang? Hujan datang dari semua air kotor yang menguap dari bumi, seperti air seni dan air yang Anda buang setelah membersihkan kaki. Bukankan mengagumkan bagaimana langit dapat mengambil air kotor dan mengubahnya menjadi air murni, air bersih? Pikiran Anda dapat melakukan hal yang sama terhadap kekotoran batin bila Anda membiarkannya bertindak.
Sang Buddha berkata untuk hanya menilai diri sendiri dan tidak menilai orang lain, tidak peduli seberapa pun baik atau buruknya orang tersebut. Sang Buddha menunjukkan hal ini dengan berkata, “Kebenaran adalah seperti ini.” Sekarang, apakah pikiranmu seperti itu atau tidak?
~ AJAHN CHAH ~

Tuesday 2 September 2014

karma

"Guru, bagaimana cara menyikapi agar aku mudah memaafkan orang yang menyakiti hatiku?"
"Anakku…., bayangkan saat tubuhmu dilukai oleh seorang dokter ahli bedah. Bukan saja kau menerima rasa sakit itu, namun kau bahkan ikhlas membayar dan berterima kasih atas tindakan dokter melukaimu. Itu karena kau melihat ada upaya penyembuhan dibalik luka yang dilakukan padamu itu."
"Begitu pun jika kau mampu melihat bahwa setiap kejadian yang melukai hatimu oleh seseorang, ternyata ada skenario penyembuhan luka masa lalu dalam Jiwamu, maka kau akan bisa menerima dan mudah memaafkan."
"Setiap hal buruk yang pernah kau lakukan di kehidupan masa lalu, menjadi penyesalan yang melukai Jiwamu. Lalu kau diijinkan lahir kembali untuk menebus rasa sakit itu dengan menerima rasa sakit saat ini sebagai pahala karma masa lalu."

Sunday 31 August 2014

Kebajikan

⌣»̶✽̈ Kebajikan ✽̈«̶⌣
Jika sehari satu kebajikan,
setahun 365 kebajikan.
Jika umur hidup kita
diberi kesempatan 50 thn saja
waktu utk berbuat kebajikan,
sudah 18250 kebajikan.
Luar biasa bukan..???

Manusia terkadang menganggap remeh hal kecil,
sementara bila diakumulasikan melebihi yg diperkirakan.
Maka jalanilah hidup dengan penuh Kebajikan.
Dan jalani hidup kita dengan melewati “CINTA, ILMU, dan IMAN.”
Karena dengan “CINTA” hidup menjadi indah,
dengan “ILMU” hidup menjadi mudah,
dan dengan “IMAN” hidup menjadi terarah.

penderitaan

Sudahkah anda mengalami penderitaan?...
sudahkah anda mengalami kebahagiaan?...
mengapa demikian?
Apa yang menyebabkan semua ini?... inilah masalah kita.
Jika kita mengetahui penderitaan, penyebab penderitaan, hilangnya penderitaan dan jalan yang menuju ke akhir penderitaan, kita dapat memecahkan masalah itu.
Ada dua macam penderitaan:
penderitaan biasa dan penderitaan tidak biasa.
Penderitaan biasa adalah penderitaan yang memang menjadi sifat dari semua kondisi,
berdiri adalah penderitaan, duduk adalah penderitaan, berbaring adalah penderitaan.
Ini adalah penderitaan yang memang ada di dalam setiap fenomena yang terkondisi.
Bahkan Sang Buddha-pun mengalami hal-hal semacam itu.
Beliau mengalami rasa nyaman dan rasa sakit, tetapi mengenalinya sebagai kondisi alami.
Beliau tahu bagaimana mengatasi perasaan-perasaan yang timbul dari rasa nyaman dan rasa sakit ini lewat pengertian terhadap sifat alami.
Karena pengertian inilah maka perasaan-perasaan yang timbul tidak mengganggu Beliau.
Jenis penderitaan yang kedua inilah yang penting, yaitu penderitaan yang masuk dari luar, penderitaan yang tidak biasa.
Jika kita sakit mungkin kita akan memerlukan suntikan dokter, saat jarum suntik disuntikan ada sedikit rasa sakit, ini hal yang wajar.
Saat jarum dicabut rasa sakit itupun ikut lenyap.
Ini adalah penderitaan yang biasa, tidak ada masalah, semua mengalami, penderitaan yang tidak biasa adalah penderitaan yang timbul dari apa yang kita sebut upadana, kemelekatan pada sesuatu, ibarat mendapat suntikan yang berisi racun, ini bukan lagi rasa sakit biasa, melainkan rasa sakit yang berakhir dengan kematian.

Ajaran Sang Buddha

Ajaran Sang Buddha menyatakan bahwa alat terbaik untuk mengatasi penderitaan adalah melihat bahwa
"Ini bukanlah aku",
"Ini bukanlah milikku".
Ini adalah metode terhebat.
tetapi biasanya kita tidak memperhatikan hal ini.
Ketika penderitaan muncul, kita hanya menangis saja tanpa belajar darinya.
Kita harus benar-benar memperhatikan penderitaan yang timbul, penyebabnya dan jalan menuju lenyapnya penderitaan, untuk mengembangkan ke-Buddha-an.
Perhatikanlah baik-baik, saya akan memberikan Dhamma di luar kitab, beberapa di antara anda mungkin tidak menyadari bahwa ini adalah ajaran Dhamma.
Kebanyakan orang melihat kitabnya tetapi tidak melihat Dhamma.

Batin yg MeLepas,

Batin yg MeLepas,
Selalu Hidup Bebas.
Ada cara menangkap monyet yg unik. Kelapa muda utuh dilubangi cukup sebesar masuknya tangan monyet yg ramping.
Lalu masukkan beberapa butir kacang kulit kedalamnya.
Jika ada monyet yg masukkan tangannya kedalam kelapa itu lalu menggenggam kacangnya maka tangannya sudah tak bisa keluar karena genggaman tangan itu lebih besar dari lubang kelapa tadi.
Lalu pemasang perangkap itu tinggal menangkap si monyet malang dengan mudah karena cukup berat bagi monyet mengangkat kelapa yg menyangkut ditangannya.
Pertanyaannya kenapa monyet itu tidak melepaskan genggamannya agar bisa terlepas dari jebakan kelapa itu? Karena monyet itu tidak mau kehilangan kacangnya.
Refleksi cerita itu penting bagi kita sebagai manusia untuk direnungkan...
Seberapa sering kita sebagai manusia juga menderita karena hidup kita "terperangkap" tidak mau "melepas" yg membuat kita menderita akibat yang kita buat sendiri?
Jika monyet menggenggam erat "kacang", maka manusia menggenggam "ego".
Banyak hal yg membuat kita sedih, kecewa, iri, dengki, benci, marah, dendam. Tapi kita tetap bertahan tidak mau melepaskan genggaman dari ego.
•Semakin erat genggaman kita,
Semakin kuat penderitaannya.
Menggenggam erat ego kita,
Hanya akan menuai derita.
•Apa yg Datang tak bisa diHindari,
Apa yg Pergi tak bisa diHalangi.
Semua yg "Datang" pasti "Pergi"
Batin yg MeLepas, Selalu Hidup Bebas.