Sunday, 31 August 2014

Kebajikan

⌣»̶✽̈ Kebajikan ✽̈«̶⌣
Jika sehari satu kebajikan,
setahun 365 kebajikan.
Jika umur hidup kita
diberi kesempatan 50 thn saja
waktu utk berbuat kebajikan,
sudah 18250 kebajikan.
Luar biasa bukan..???

Manusia terkadang menganggap remeh hal kecil,
sementara bila diakumulasikan melebihi yg diperkirakan.
Maka jalanilah hidup dengan penuh Kebajikan.
Dan jalani hidup kita dengan melewati “CINTA, ILMU, dan IMAN.”
Karena dengan “CINTA” hidup menjadi indah,
dengan “ILMU” hidup menjadi mudah,
dan dengan “IMAN” hidup menjadi terarah.

penderitaan

Sudahkah anda mengalami penderitaan?...
sudahkah anda mengalami kebahagiaan?...
mengapa demikian?
Apa yang menyebabkan semua ini?... inilah masalah kita.
Jika kita mengetahui penderitaan, penyebab penderitaan, hilangnya penderitaan dan jalan yang menuju ke akhir penderitaan, kita dapat memecahkan masalah itu.
Ada dua macam penderitaan:
penderitaan biasa dan penderitaan tidak biasa.
Penderitaan biasa adalah penderitaan yang memang menjadi sifat dari semua kondisi,
berdiri adalah penderitaan, duduk adalah penderitaan, berbaring adalah penderitaan.
Ini adalah penderitaan yang memang ada di dalam setiap fenomena yang terkondisi.
Bahkan Sang Buddha-pun mengalami hal-hal semacam itu.
Beliau mengalami rasa nyaman dan rasa sakit, tetapi mengenalinya sebagai kondisi alami.
Beliau tahu bagaimana mengatasi perasaan-perasaan yang timbul dari rasa nyaman dan rasa sakit ini lewat pengertian terhadap sifat alami.
Karena pengertian inilah maka perasaan-perasaan yang timbul tidak mengganggu Beliau.
Jenis penderitaan yang kedua inilah yang penting, yaitu penderitaan yang masuk dari luar, penderitaan yang tidak biasa.
Jika kita sakit mungkin kita akan memerlukan suntikan dokter, saat jarum suntik disuntikan ada sedikit rasa sakit, ini hal yang wajar.
Saat jarum dicabut rasa sakit itupun ikut lenyap.
Ini adalah penderitaan yang biasa, tidak ada masalah, semua mengalami, penderitaan yang tidak biasa adalah penderitaan yang timbul dari apa yang kita sebut upadana, kemelekatan pada sesuatu, ibarat mendapat suntikan yang berisi racun, ini bukan lagi rasa sakit biasa, melainkan rasa sakit yang berakhir dengan kematian.

Ajaran Sang Buddha

Ajaran Sang Buddha menyatakan bahwa alat terbaik untuk mengatasi penderitaan adalah melihat bahwa
"Ini bukanlah aku",
"Ini bukanlah milikku".
Ini adalah metode terhebat.
tetapi biasanya kita tidak memperhatikan hal ini.
Ketika penderitaan muncul, kita hanya menangis saja tanpa belajar darinya.
Kita harus benar-benar memperhatikan penderitaan yang timbul, penyebabnya dan jalan menuju lenyapnya penderitaan, untuk mengembangkan ke-Buddha-an.
Perhatikanlah baik-baik, saya akan memberikan Dhamma di luar kitab, beberapa di antara anda mungkin tidak menyadari bahwa ini adalah ajaran Dhamma.
Kebanyakan orang melihat kitabnya tetapi tidak melihat Dhamma.

Batin yg MeLepas,

Batin yg MeLepas,
Selalu Hidup Bebas.
Ada cara menangkap monyet yg unik. Kelapa muda utuh dilubangi cukup sebesar masuknya tangan monyet yg ramping.
Lalu masukkan beberapa butir kacang kulit kedalamnya.
Jika ada monyet yg masukkan tangannya kedalam kelapa itu lalu menggenggam kacangnya maka tangannya sudah tak bisa keluar karena genggaman tangan itu lebih besar dari lubang kelapa tadi.
Lalu pemasang perangkap itu tinggal menangkap si monyet malang dengan mudah karena cukup berat bagi monyet mengangkat kelapa yg menyangkut ditangannya.
Pertanyaannya kenapa monyet itu tidak melepaskan genggamannya agar bisa terlepas dari jebakan kelapa itu? Karena monyet itu tidak mau kehilangan kacangnya.
Refleksi cerita itu penting bagi kita sebagai manusia untuk direnungkan...
Seberapa sering kita sebagai manusia juga menderita karena hidup kita "terperangkap" tidak mau "melepas" yg membuat kita menderita akibat yang kita buat sendiri?
Jika monyet menggenggam erat "kacang", maka manusia menggenggam "ego".
Banyak hal yg membuat kita sedih, kecewa, iri, dengki, benci, marah, dendam. Tapi kita tetap bertahan tidak mau melepaskan genggaman dari ego.
•Semakin erat genggaman kita,
Semakin kuat penderitaannya.
Menggenggam erat ego kita,
Hanya akan menuai derita.
•Apa yg Datang tak bisa diHindari,
Apa yg Pergi tak bisa diHalangi.
Semua yg "Datang" pasti "Pergi"
Batin yg MeLepas, Selalu Hidup Bebas.

tindakan

Tiap hari bermuram durja karena merasa tidak cukup adalah orang yang kaya secara fisik tapi miskin secara batin.
Dengan tidak melakukan apa-apa, sudah tentu semua terasa sulit. Asal ada niat untuk berbuat, padang pasir juga bisa berubah menjadi lahan subur.
Jika ingin memohon agar memiliki lebih banyak berkah berarti harus melakukan perbuatan baik dalam tindakan nyata, dengan demikian baru bisa memperoleh keberkahan yang lebih banyak.
Batin yang selaras akan mendatangkan keberhasilan dalam segala hal.
Air muka, perilaku dan tutur kata yang sopan, semuanya diperoleh dari hasil pembinaan kesabaran dalam kehidupan sehari-hari.
~ Kata Perenungan Master Cheng Yen ~

Ten Keys to Happiness by Deepak Chopra

Here are my 10 keys to happiness:
1. Listen to your body’s wisdom, which expresses itself through signals of comfort and discomfort. When choosing a certain behavior, ask your body, “How do you feel about this?” If your body sends a signal of physical or emotional distress, watch out. If your body sends a signal of comfort and eagerness, proceed.
2. Live in the present, for it is the only moment you have. Keep your attention on what is here and now; look for the fullness in every moment.Accept what comes to you totally and completely so that you can appreciate it, learn from it, and then let it go. The present is as it should be. It reflects infinite laws of Nature that have brought you this exact thought, this exact physical response. This moment is as it is because the universe is as it is. Don’t struggle against the infinite scheme of things; instead, be at one with it.
3. Take time to be silent, to meditate, to quiet the internal dialogue. In moments of silence, realize that you are recontacting your source of pure awareness. Pay attention to your inner life so that you can be guided by intuition rather than externally imposed interpretations of what is or isn't good for you.
4. Relinquish your need for external approval. You alone are the judge of your worth, and your goal is to discover infinite worth in yourself, no matter what anyone else thinks. There is great freedom in this realization. When you find yourself reacting with anger or opposition to any person or circumstance, realize that you are only struggling with yourself. Putting up resistance is the response of defenses created by old hurts.
5. When you find yourself reacting with anger or opposition to any person or circumstance, realize that you are only struggling with yourself. Putting up resistance is the response of defenses created by old hurts. When you relinquish this anger, you will be healing yourself and cooperating with the flow of the universe.
6. Know that the world “out there” reflects your reality “in here.” The people you react to most strongly, whether with love or hate, are projections of your inner world. What you most hate is what you most deny in yourself. What you most love is what you most wish for in yourself. Use the mirror of relationships to guide your evolution. The goal is total self-knowledge. When you achieve that, what you most want will automatically be there, and what you most dislike will disappear.
7. Shed the burden of judgment – you will feel much lighter. Judgment imposes right and wrong on situations that just are. Everything can be understood and forgiven, but when you judge, you cut off understanding and shut down the process of learning to love. In judging others, you reflect your lack of self-acceptance. Remember that every person you forgive adds to your self-love.
8. Don’t contaminate your body with toxins, either through food, drink, or toxic emotions. Your body is more than a life-support system. It is the vehicle that will carry you on the journey of your evolution. The health of every cell directly contributes to your state of well being, because every cell is a point of awareness within the field of awareness that is you.
9. Replace fear-motivated behavior with love-motivated behavior. Fear is the product of memory, which dwells in the past. Remembering what hurt us before, we direct our energies toward making certain that an old hurt will not repeat itself. But trying to impose the past on the present will never wipe out the threat of being hurt. That happens only when you find the security of your own being, which is love. Motivated by the truth inside you, you can face any threat because your inner strength is invulnerable to fear.
10. Understand that the physical world is just a mirror of a deeper intelligence. Intelligence is the invisible organizer of all matter and energy, and since a portion of this intelligence resides in you, you share in the organizing power of the cosmos. Because you are inseparably linked to everything, you cannot afford to foul the planet’s air and water. But at a deeper level, you cannot afford to live with a toxic mind, because every thought makes an impression on the whole field of intelligence. Living in balance and purity is the highest good for you and the Earth

sumber

Saturday, 30 August 2014

Spiritual

Spiritual Spiritual itu bukan kemampuan berjalan di atas air.
untuk apa belajar berjalan di atas air bila sudah ada perahu?

Spiritual itu lebih merupakan upaya perjalanan seseorang " ke dalam"
menemukan jati dirinya yang sesungguhnya. Kejadian dan pengalaman

kehidupan sehari-hari membimbing seseorang untuk lebih mengenal dirinya
sendiri. Seseorang menjadi sabar dan ikhlas melalui pengalaman-pengalaman
kehidupan yang menyakitkan.Seorang menjadi penuh rasa syukur dan
terimakasih juga setelah mendapat sentuhan-sentuhan Tuhan melalui
kehidupan. Inilah Spiritual
Spiritual itu bukan kemampuan terbang tinggi di langit.
untuk apa belajar terbang tinggi di langit bila sudah ada pesawat terbang?

Spiritual itu kembali ke kesederhanaan manusia dan menjadi polos. Ilmu yg
disebut dalam dan tinggi tidak ada apa-apanya,dibandingkan dengan
kesederhanaan dan kepolosan. Kesederhanaan tercermin dalam kesabaran,
ketenangan dan menerima apa adanya.Dengan kesederhanaan akan
mengembalikan diri kita kepada kualitas aslinya, pribadi yang polos. Polos juga
dapat berarti bersih, jernih dan bening.Seperti mata air yang bersih, jernih
dan bening..tidak saja membawa kesejukan dan keteduhan, juga dapat
melepaskan dahaga orang-orang disekitarnya.Kesederhanaan dalam
kesabaran, ketenangan dan menerima apa adanya akan menghantarkan
seseorang ke dalam keadaan batin yang bersih, jernih dan bening.
Inilah Spiritual

 


Friday, 22 August 2014

kebahagiaan

Adalah kebahagiaan,
mengisi hari tanpa kejahatan dan hal-hal yang tak bermanfaat
(melalui pikiran, ucapan, & perbuatan)
Adalah kebahagiaan,
mengisi hari melakukan kebajikan dan hal-hal yang bermanfaat
(melalui pikiran, ucapan, & perbuatan)

Adalah kebahagiaan,
mengisi hari dengan melatih batin, mensucikan, memurnikan, membebaskan pikiran dari TIGA AKAR KEJAHATAN & SEGALA YANG TAK BERMANFAAT, yakni Keserakahan, Kebencian, & pekatnya Ketidaktahuan [Lobha, Dosa, & MOHA], mengembangkan SILA, SAMADHI, dan PAÑÑA
melalui JALAN MULIA BERUAS 8:
1. PANDANGAN BENAR,
2. Pikiran Benar,
3. Ucapan Benar,
4. Perbuatan Benar,
5. Penghidupan Benar,
6. Daya Upaya Benar,
7. Perhatian/Kewaspadaan Benar [pelaksanaan 4 SATIPATTHANA], dan
8. Konsentrasi Benar.

Sunday, 17 August 2014

HIDUP DARI WAKTU KE WAKTU

HIDUP DARI WAKTU KE WAKTU
Suatu hari seorang anak kecil datang kepada ayahnya dan bertanya :
“ Apakah kita bisa hidup tanpa perbuatan jahat selama hidup kita ?”
Ayahnya memandang kepada anak kecil itu dan berkata :
“ Tidak nak..”
Putri kecil ini kemudian memandang ayahnya dan berkata lagi
“ Apakah kita bisa hidup tanpa berbuat jahat dalam setahun?”
Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kepada putrinya.
“Oh ayah, bagaimana kalau 1 bulan, apakah kita bisa hidup tanpa melakukan kejahatan ?”
“ Mungkin tidak bisa juga nak...”
“ Ok , ayah, ini yang terakhir kali....
Apakah kita bisa hidup tanpa berbuat jahat dalam 1 jam saja ?”
Akhirnya ayahnya mengangguk.
“kemungkinan besar, bisa nak....”
Anak ini tersenyum lega....
“ Jika demikian, aku akan hidup benar dari jam ke jam , ayah...
Lebih mudah menjalaninya dan aku akan menjaganya dari jam ke jam, sehingga aku dapat hidup dengan benar...”
**
Teman-teman se-Dhamma,
Cerita diatas mengandung kebenaran .
Marilah kita hidup dari waktu ke waktu, dari jam ke jam dengan senantiasa waspada terhadap tindakan yang dilakukan oleh tubuh, ucapan dan pikiran .
Dari latihan yang paling kecil dan sederhana sekalipun akan menjadikan kita terbiasa...., Dan apa yang sudah biasa kita lakukan akan menjadi suatu kebiasaan...
Hiduplah 1 jam tanpa kemarahan,
tanpa kehendak jahat
tanpa pikiran jahat
tanpa ucapan jahat
tanpa keserakahan
tanpa kebencian
tanpa ketidak-tahuan
tanpa pembunuhan
tanpa kebohongan
tanpa perzinahan
tanpa pencurian
tanpa mabuk-mabukan
Jika waktu 1 jam telah berakhir, maka ulangilah lagi dari awal dan demikianlah seterusnya kita hidup dari jam ke jam...
“Jadikanlah perbuatan baik sebagai kebiasaan”

Thursday, 14 August 2014

YA BEGINILAH

YA BEGINILAH
By: Ajahn Chah
Di mana Dhamma?
Segenap Dhamma sedang duduk di sini bersama kita.
Apa pun yang anda alami adalah benar, seperti apa adanya.
Ketika anda menjadi tua, jangan pikir bahwa itu adalah sesuatu yang salah.
Ketika punggung anda sakit, jangan pikir itu semacam kekeliruan.
Jika anda menderita, jangan pikir itu salah.
Jika anda bahagia, jangan pikir itu salah.
Semuanya ini adalah Dhamma.
Penderitaan hanyalah penderitaan.
Kebahagiaan hanyalah kebahagiaan.
Panas hanyalah panas.
Dingin hanyalah dingin.
Dhamma bukanlah ”Aku bahagia, aku menderita, aku baik, aku buruk,aku mendapat sesuatu, aku kehilangan sesuatu.”
Apakah ada yang bisa dihilangkan seseorang?
Tidak ada sama sekali.
Mendapatkan sesuatu adalah Dhamma.
Kehilangan sesuatu adalah Dhamma.
Bahagia dan nyaman adalah Dhamma.
Sakit adalah Dhamma.
Dhamma berarti tidak melekat pada kondisi-kondisi ini,
namun mengenali mereka apa adanya.
Jika anda memiliki kebahagiaan, Anda sadari, ”Oh! Kebahagiaan tidaklah tetap.”
Jika Anda menderita, Anda sadari, ”Oh! Duka tidaklah tetap.”
”Oh, ini benar-benar baik!”—tidak tetap.
”Itu benar-benar buruk!”—tidak tetap.
Mereka punya keterbatasan, jadi jangan berpegang begitu erat pada mereka.
Buddha mengajarkan mengenai ketidaktetapan.
Beginilah segala sesuatu sebagaimana adanya.
mereka tidak mengikuti kehendak siapapun. Itulah kebenaran mulia.
Ketidaktetapan menguasai dunia, dan itu adalah sesuatu yang tetap.
Inilah titik tempat kita terkelabui, jadi inilah tempat di mana seharusnya Anda lihat.
Apapun yang terjadi, kenalilah itu sebagai benar.
Segala sesuatu benar dalam sifat alaminya sendiri,
yaitu pergerakan tiada henti dan perubahan.
Tubuh kita demikian.
Semua fenomena badan dan batin pun demikian.
Kita tidak bisa menghentikan mereka; mereka tidak bisa dibuat diam.
Tidak diam berarti sifat mereka adalah tidak tetap.
Jika kita tidak bergulat dengan kenyataan ini,
maka di mana pun kita berada, kita akan bahagia.
Di mana pun kita duduk, kita bahagia.
Di mana pun kita tidur, kita bahagia.
Bahkan ketika kita menjadi tua, kita tidak akan terlalu menggubrisnya.
Anda berdiri dan punggung Anda sakit,
lalu Anda pikir, ”Ya, ini kira-kira benar seperti ini.” Itu benar, jadi jangan melawannya.
Ketika rasa sakit itu berhenti, Anda mungkin berpikir, ”Ah! Lebih baik!”
Tapi itu bukannya lebih baik. Anda masih hidup, jadi punggung Anda akan sakit lagi.
Inilah jalan sebagaimana adanya,
sehingga Anda harus terus mengarahkan batin pada perenungan ini,
dan jangan membiarkan batin berpaling dari praktik.
Tetaplah gigih di dalamnya, dan jangan memercayai segala sesuatu terlalu banyak;
alih-alih percayailah Dhamma, bahwa kehidupan itu ya seperti ini.
Jangan memercayai kebahagiaan.
Jangan memercayai duka.
Jangan terpaku mengejar apa pun.
Dengan landasan seperti ini, maka apa pun yang terjadi, janganlah dipikirkan
itu bukanlah sesuatu yang tetap, itu bukanlah sesuatu yang pasti.
Dunia adalah seperti ini.
Maka di sana ada jalan bagi kita, jalan untuk menata hidup kita dan melindungi kita.
Dengan penyadaran murni dan pemahaman jernih terhadap kita sendiri,
dengan kebijaksanaan yang melingkupi-segalanya,
itulah jalan dalam keselarasan.
Tak ada yang bisa mengelabui kita, karena kita telah memasuki jalan.
Tetaplah melihat ke sini, kita bertemu dengan Dhamma sepanjang masa.