Saturday, 11 October 2014

Hanya ada satu buku yang patut dibaca: hati.

»̶✽̈ Hati dan Pikiran ✽̈«̶⌣
Hanya ada satu buku yang patut dibaca: hati.
Buddha mengajarkan kita bahwa apapun yang membuat pikiran kita menderita di dalam latihan artinya mengenai sasaran. Kekotoran batin adalah penderitaan. Bukan pikiran yang menderita! Kita tidak tahu apa isi pikiran dan kekotoran batin kita. Terhadap apapun yang kita rasa tidak puas, kita tidak akan mau berurusan lagi dengan hal itu. Sebenarnya jalan hidup kita tidaklah sulit, yang sulit adalah menjadi orang yang tidak puas, tidak bisa menerima. Kekotoran batin adalah kesulitan yang sebenarnya.
Dunia berada dalam bagian yang sangat tergesa-gesa. Pikiran berubah dari suka menjadi tidak suka dengan segala tergesa-gesaan yang ada di dunia. Jika kita bisa belajar untuk membuat pikiran tenang, itu akan menjadi bantuan yang sangat hebat bagi dunia.
Bila pikiran Anda senang, maka Anda pun akan senang kemana pun Anda pergi. Ketika kebijaksanaan muncul dalam diri Anda, Anda akan menemukan kebenaran kemana pun Anda melihat. Kebenaran itu ada dimana-mana. Sama halnya bila Anda telah belajar membaca, Anda dapat membaca dimana saja.
Jika Anda merasa alergi ke suatu tempat, Anda akan merasa alergi di semua tempat. Namun bukan tempat di luar Anda yang menyebabkan masalah, melainkan “tempat” di dalam Anda.
Lihatlah pikiran Anda sendiri. Orang yang membawa benda mengira dia mempunyai benda, tetapi orang yang melihatnya hanya melihat beban berat. Buanglah seluruh benda, hilangkan dan temukan keringanan.
Pada hakikatnya, pikiran itu tenang. Di luar ketenangan ini, kegelisahan dan keraguan muncul. Jika seseorang melihat dan mengetahui adanya keraguan, maka pikiran menjadi tenang lagi.
Agama Buddha adalah agama hati. Hanya itu. Seseorang yang melatih hatinya adalah orang yang melatih ajaran Buddha.
Ketika cahaya redup, tidaklah mudah untuk menemukan jarring laba-laba tua di sudut ruangan. Tetapi ketika cahaya terang, Anda dapat melihatnya dengan jelas dan dapat membersihkannya. Ketika pikiran Anda terang, Anda akan dapat melihat kekotoran batin dengan jelas dan juga membersihkannya.
Menguatkan pikiran tidak dapat dilakukan dengan menggerakannya seperti menguatkan tubuh, tetapi dengan membuatnya diam, beristirahat.
Karena orang tidak melihat dirinya sendiri, mereka bisa melakukan segala jenis perbuatan buruk. Mereka tidak melihat pikirannya sendiri. Ketika orang akan melakukan perbuatan buruk, mereka akan memastikan sekeliling dahulu untuk melihat apakah ada orang lain yang melihat : “Apakah ibu saya akan melihat?” Apakah suami saya akan melihat?” Apakah anak-anak akan melihat?” Apakah istri saya akan melihat?” Bila tidak ada yang melihat, maka mereka akan melakukan perbuatan buruknya. Ini namanya mempermalukan diri sendiri. Mereka mengatakan tidak ada yang melihat, jadi mereka segera menyelesaikan perbuatan buruknya sebelum orang lain melihat. Dan bagaimana dengan dirinya sendiri? Bukankah ada “seseorang yang memperhatikan?
Gunakan hatimu untuk mendengarkan ajaran, bukan telingamu.
Ada orang yang melakukan perang terhadap kekotoran batinnya sendiri dan menaklukkannya. Ini namanya perang batin. Mereka yang berperang secara fisik, mengambil bom dan pistol untuk dilempar dan ditembak. Mereka menaklukkan dan ditaklukkan. Menaklukkan orang lain adalah jalan dunia ini. Dalam melaksanakan Dhamma kita tidak perlu berperang dengan orang lain, melainkan menaklukkan pikiran sendiri, dengan sabar menyingkirkan semua suasana hati.
Dari mana hujan datang? Hujan datang dari semua air kotor yang menguap dari bumi, seperti air seni dan air yang Anda buang setelah membersihkan kaki. Bukankan mengagumkan bagaimana langit dapat mengambil air kotor dan mengubahnya menjadi air murni, air bersih? Pikiran Anda dapat melakukan hal yang sama terhadap kekotoran batin bila Anda membiarkannya bertindak.
Sang Buddha berkata untuk hanya menilai diri sendiri dan tidak menilai orang lain, tidak peduli seberapa pun baik atau buruknya orang tersebut. Sang Buddha menunjukkan hal ini dengan berkata, “Kebenaran adalah seperti ini.” Sekarang, apakah pikiranmu seperti itu atau tidak?
~ AJAHN CHAH ~