»̶✽̈ Hati dan Pikiran ✽̈«̶⌣
Hanya ada satu buku yang patut dibaca: hati.
Buddha mengajarkan kita bahwa apapun yang membuat pikiran kita
menderita di dalam latihan artinya mengenai sasaran. Kekotoran batin
adalah penderitaan. Bukan pikiran yang menderita! Kita tidak tahu apa
isi pikiran dan kekotoran batin kita. Terhadap apapun yang kita rasa
tidak puas, kita tidak akan mau berurusan lagi dengan hal itu.
Sebenarnya jalan hidup kita tidaklah sulit, yang sulit adalah menjadi
orang yang tidak puas, tidak bisa menerima. Kekotoran batin adalah
kesulitan yang sebenarnya.
Dunia berada dalam bagian yang sangat
tergesa-gesa. Pikiran berubah dari suka menjadi tidak suka dengan segala
tergesa-gesaan yang ada di dunia. Jika kita bisa belajar untuk membuat
pikiran tenang, itu akan menjadi bantuan yang sangat hebat bagi dunia.
Bila pikiran Anda senang, maka Anda pun akan senang kemana pun Anda
pergi. Ketika kebijaksanaan muncul dalam diri Anda, Anda akan menemukan
kebenaran kemana pun Anda melihat. Kebenaran itu ada dimana-mana. Sama
halnya bila Anda telah belajar membaca, Anda dapat membaca dimana saja.
Jika Anda merasa alergi ke suatu tempat, Anda akan merasa alergi di
semua tempat. Namun bukan tempat di luar Anda yang menyebabkan masalah,
melainkan “tempat” di dalam Anda.
Lihatlah pikiran Anda sendiri.
Orang yang membawa benda mengira dia mempunyai benda, tetapi orang yang
melihatnya hanya melihat beban berat. Buanglah seluruh benda, hilangkan
dan temukan keringanan.
Pada hakikatnya, pikiran itu tenang. Di
luar ketenangan ini, kegelisahan dan keraguan muncul. Jika seseorang
melihat dan mengetahui adanya keraguan, maka pikiran menjadi tenang
lagi.
Agama Buddha adalah agama hati. Hanya itu. Seseorang yang melatih hatinya adalah orang yang melatih ajaran Buddha.
Ketika cahaya redup, tidaklah mudah untuk menemukan jarring laba-laba
tua di sudut ruangan. Tetapi ketika cahaya terang, Anda dapat melihatnya
dengan jelas dan dapat membersihkannya. Ketika pikiran Anda terang,
Anda akan dapat melihat kekotoran batin dengan jelas dan juga
membersihkannya.
Menguatkan pikiran tidak dapat dilakukan dengan
menggerakannya seperti menguatkan tubuh, tetapi dengan membuatnya diam,
beristirahat.
Karena orang tidak melihat dirinya sendiri, mereka
bisa melakukan segala jenis perbuatan buruk. Mereka tidak melihat
pikirannya sendiri. Ketika orang akan melakukan perbuatan buruk, mereka
akan memastikan sekeliling dahulu untuk melihat apakah ada orang lain
yang melihat : “Apakah ibu saya akan melihat?” Apakah suami saya akan
melihat?” Apakah anak-anak akan melihat?” Apakah istri saya akan
melihat?” Bila tidak ada yang melihat, maka mereka akan melakukan
perbuatan buruknya. Ini namanya mempermalukan diri sendiri. Mereka
mengatakan tidak ada yang melihat, jadi mereka segera menyelesaikan
perbuatan buruknya sebelum orang lain melihat. Dan bagaimana dengan
dirinya sendiri? Bukankah ada “seseorang yang memperhatikan?
Gunakan hatimu untuk mendengarkan ajaran, bukan telingamu.
Ada orang yang melakukan perang terhadap kekotoran batinnya sendiri dan
menaklukkannya. Ini namanya perang batin. Mereka yang berperang secara
fisik, mengambil bom dan pistol untuk dilempar dan ditembak. Mereka
menaklukkan dan ditaklukkan. Menaklukkan orang lain adalah jalan dunia
ini. Dalam melaksanakan Dhamma kita tidak perlu berperang dengan orang
lain, melainkan menaklukkan pikiran sendiri, dengan sabar menyingkirkan
semua suasana hati.
Dari mana hujan datang? Hujan datang dari
semua air kotor yang menguap dari bumi, seperti air seni dan air yang
Anda buang setelah membersihkan kaki. Bukankan mengagumkan bagaimana
langit dapat mengambil air kotor dan mengubahnya menjadi air murni, air
bersih? Pikiran Anda dapat melakukan hal yang sama terhadap kekotoran
batin bila Anda membiarkannya bertindak.
Sang Buddha berkata
untuk hanya menilai diri sendiri dan tidak menilai orang lain, tidak
peduli seberapa pun baik atau buruknya orang tersebut. Sang Buddha
menunjukkan hal ini dengan berkata, “Kebenaran adalah seperti ini.”
Sekarang, apakah pikiranmu seperti itu atau tidak?
~ AJAHN CHAH ~